ONE MAN ONE TREE DAN PENGEMBANGAN CENDANA DI NTT

Presiden menargetkan pada tahun 2009 ini, yang bersamaan dengan momentum dilaksanakannya Pemilihan Umum yang berlangsung dengan asas One Man One Vote, maka bangsa Indonesia harus dapat menanam One Man One Tree. Jadi jika penduduk Indonesia berjumlah 230 juta jiwa, maka tahun 2009 ini kita harus dapat menanam sebanyak 230 juta pohon.

Penanaman One Man One Tree dalam tahun 2009 ini dimulai sejak awal Februari 2009. Puncak penanaman tahun 2009 pada “Hari Menanam Pohon Indonesia” tanggal 28 Nopember, dan Bulan Menanam Pohon Nasional, Desember.
Penanaman pohon mempunyai manfaat yang besar dan luas, terutama untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup agar semakin baik, dan untuk mengendalikan terjadinya berbagai bencana alam banjir, tanah longsor di musim hujan, dan kekeringan serta kekurangan air bersih di musim kemarau, yang sekaligus juga untuk mengendalikan terjadinya kekurangan pangan.
Kegiatan penanaman serentak sudah dimulai sejak tahun 2007 dengan target :
a. Tahun 2007 sebanyak 79 juta bibit pohon, realisasi 86,9 juta pohon.
b. Tahun 2008 sebanyak 100 juta bibit pohon, 109 juta pohon.
c. Tahun 2009 sebanyak 230 juta pohon (one man one tree)


Sampai saat ini, realisasi penanaman 100 juta pohon melalui "kegiatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (HMPI-BMN) telah terealisasi sebesar 109 juta batang (Iebih dari 100%). Gerakan Perempuan Tanam dan Program Ketahanan Pangan (GPT-PKP) juga terealisasi lebih dari 100% yaitu sebesar 5.083.467 batang dari rencana 5.010.000 batang.


Untuk dapat memenuhi target ini, kita harus bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin membangkitkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat seluas-Iuasnya. Hitungannya adalah orang per orang, maka secara perorangan, secara keluarga, secara kelompok, RT, RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Wilayah, hingga Pemerintah Daerah harus diupayakan agar masyarakat mau berpartisipasi melakukan penanaman pohon. Kita harus memberikan contoh, kita harus menjadi teladan bagi masyarakat. Oleh karena itu kita harus mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang, dan mulai dari unit yang paling kecil di Iingkungan kita.
Ancaman dan permasalahan Iingkungan yang dihadapi manusia saat ini adalah pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia memiliki peran yang penting dalam isu perubahan iklim global dengan menyediakan jasa Iingkungan berupa penyerapan emisi karbon dari hutan yang ada.
Hutan Indonesia yang luasnya 120,3 juta ha diyakini mampu menyerap emisi secara signifikan. Namun demikian terjadinya deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia juga dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas C02 ke atmosfer. Dalam kondisi hutan yang baik, maka keberadaan hutan tersebut akan bermanfaat sebagai penyimpan dan penyerap emisi karbon atau Gas Rumah Kaca (GRK). Sebaliknya, pada kondisi hutan yang kurang baik, dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas C02 ke atmosfer. Berdasarkan Stern Report, deforestasi menyumbang 18% dari emisi GRK total dunia, dan sebanyak 75%nya berasal dari negara berkembang.
Berdasarkan hal-hal tadi, maka salah satu upaya untuk menurunkan pemanasan global adalah dengan memperbanyak penyerapan unsur-unsur gas-gas berbahaya, antara lain dengan memperbanyak pohon dan tanam-tanaman, serta melestarikan hutan yang ada. Oleh karena itu kita harus berupaya keras mempertahankan keutuhan ekosistem hutan dan melakukan penanaman pohon secara besar-besaran.


Pada tanggal 12 Februari 2009, Menteri Kehutanan, DR(HC) H.M.S. Kaban bersama Gubernur NTT akan melakukan penanaman dan pencanangan pengembangan tanaman Cendana. Pelaksanaan penanaman dan pencanangan tersebut di desa Ponain, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pemilihan lokasi dan waktu tersebut melalui beberapa pertimbangan yaitu dukungan musim hujan masih sangat baik, akses menuju lokasi cukup baik, dan telah terbentuk Kelompok Tani Cendana binaan Balai Penelitian Kehutanan Kupang yang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana. Program rehabilitasi tanaman pohon Cendana di NTT ini awalnya merupakan prakarsa Menteri Kehutanan pada tahun 2006.




Untuk acara penanaman pada pencanangan tersebut, telah dipersiapkan areal seluas 1,7 ha dan bibit cendana sebanyak 1.200 batang. Sebelumnya, pada minggu ketiga bulan Desember 2008 lalu telah ditanam sebanyak 7.700 bibit cendana yang disiapkan BPK Kupang dan B2PBPTH Yogyakarta di areal seluas 5,3 hektar di pekarangan dan kebun masyarakat di sekitar lokasi pencanangan.


Untuk kesiapan bibit cendana saat ini, sampai dengan bulan September 2008, bibit generatif di BPK Kupang sebanyak 10.000 batang dan siap tanam bulan Desember 2008. BPDAS Benain Noelmina Kupang juga memiliki bibit generatif sebanyak 20.000 batang dan siap tanam bulan Desember 2008. Untuk bibit vegetatif dengan kultur jaringan, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta telah berhasil menyiapkan sebanyak 700 batang dan siap tanam pada pertengahan tahun 2009. Sedangkan bibit cendana dengan kultur jaringan dari Puslit Bioteknologi LIPI saat ini baru dalam tahan multiplikasi dan baru siap tanam pada akhir tahun 2009.


Cendana merupakan tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti di Pulau Timor, Sumba, Alor, Solor, Pantar, Flores, Roti, dan pulau-pulau lainnya. Selain di NTT, cendana juga dijumpai di Gunung Kidul, Imogiri, Kulon Progo (DIY), Bondowoso (Jawa Timur), dan Sulawesi. Kondisi ideal untuk tumbuh cendana adalah pada ketinggian 50 - 1200 m dpl, curah hujan 625 ¬1625 mm/th dengan bulan kering antara 9 - 10 bulan. Saat ini keberadaan populasi cendana di Indonesia, dikhawatirkan mengalami kepunahan. Dalam kurun waktu 10 tahun, dari tahun 1987-1997, jumlah pohon cendana di propinsi NTT turun drastis hingga 53,96%.


Tanaman cendana merupakan komoditi yang potensial bagi perekonomian. Nilai ekonomi yang tinggi dari cendana dihasilkan dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak cendana dihasilkan dari hasil penyulingan kayu, dan digunakan sebagai bahan obat-obatan dan bahan minyak wangi (parfum). Kayunya dipergunakan sebagai bahan industri kerajinan seperti ukir-¬ukiran, patung, kipas, tasbih, dan lain-lain.
Minyak Cendana banyak diekspor ke Eropa, Amerika, China, Hongkong, Korea, Taiwan dan Jepang. Sedangkan produk kerajinan dari kayu cendana banyak untuk konsumsi dalam negeri. Kebutuhan minyak cendana dunia sekitar 200 ton per tahun. Dari jumlah itu, mayoritas disuplai dari India 100 ton (50%). Indonesia, Australia, Kaledonia Baru dan Fiji menyuplai sekitar 20 ton, sehingga masih kekurangan sekitar 80 ton per tahun
.

Sumber : http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=9278&Itemid=693

0 comments:

Post a Comment